Berita Details
- Home
- Berita Details
- “kegagalan bukanlah akhir dari segalanya”
“kegagalan bukanlah akhir dari segalanya”
Halo semuanya! Perkenalkan, namaku Tamara Aprilianti Faturokhman. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, yang artinya aku si bungsu dalam keluarga. Sebagai anak bungsu, aku sering dianggap lebih manja, tapi sebenarnya aku justru merasa bertanggung jawab untuk membuktikan diri dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun, terkadang aku merasa kurang percaya diri untuk menjadi kebanggaan keluarga.
Saat lulus SMA di usia 18 tahun, aku sempat berpikir untuk langsung bekerja saja, supaya bisa membantu orang tua dan kakakku. Meskipun kedua orang tuaku insyaallah mampu membiayai, tapi rasanya kuliah itu pilihan yang terlalu mewah buatku saat itu. Namun, setelah diyakinkan keluarga, akhirnya aku memutuskan untuk kuliah di Universitas STEKOM. Aku tahu tentang kampus ini juga dari kakakku yang kuliah di sana. Alasan utama memilih Universitas STEKOM adalah karena jadwal kuliahnya fleksibel, jadi aku bisa kuliah sambil bekerja, dan yang paling penting, biayanya terjangkau!
Beberapa waktu lalu, aku mencari pekerjaan sebagai admin dan diterima untuk training. Pada hari pertama training, rasanya canggung sekali! Banyak orang, tapi aku bingung mau mengobrol apa karena mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun, aku tetap mencoba mengajak ngobrol mereka, tanpa terlalu mengganggu. Akhirnya, aku memutuskan untuk menyibukkan diri saja. Aku mulai belajar banyak tentang jobdesk yang terkait dengan pekerjaan ini. Aku belajar cara mengecek PO dan memastikan semua berjalan sesuai rencana. Selain itu, aku juga memperluas pengetahuan tentang Bill of Lading, dokumen penting dalam pengiriman barang, serta segala hal yang berhubungan dengan impor.
Aku sadar, meskipun ini bukan hal yang mudah, aku yakin dengan terus belajar, aku bisa meningkatkan kemampuan dan membuka peluang yang lebih luas di masa depan. Setiap kali aku berhasil menguasai satu hal baru, rasanya seperti selangkah lebih dekat untuk mencapai tujuan dan membanggakan keluarga. Namun, sayangnya kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Setelah semua kerja keras dan waktu yang aku habiskan untuk belajar jobdesk, mengecek PO, hingga memahami urusan Bill of Lading dan impor, aku harus menerima kenyataan pahit bahwa aku tidak lanjut ke tahap kontrak.
Rasanya campur aduk. Kecewa sekali, dan sempat menyalahkan diri sendiri. Bayangkan saja, semua usaha yang sudah aku curahkan seolah runtuh begitu saja. Namun, di balik rasa sedih itu, aku mencoba mengingatkan diri sendiri bahwa setiap kegagalan pasti ada hikmahnya. Mungkin, tempat ini memang bukan yang terbaik untukku. Meskipun sempat down, aku tidak ingin terjebak lama-lama dalam kekecewaan. Aku yakin masih banyak kesempatan lain yang menanti di luar sana. Sekarang, aku lebih fokus untuk terus meningkatkan keterampilan dan tetap berpikiran positif, karena aku percaya masa depan masih menyimpan hal-hal keren yang sudah disiapkan untukku.
Bahkan Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar asal Amerika, terkenal melakukan sekitar 1.000 hingga 10.000 percobaan sebelum berhasil menemukan filamen yang tepat untuk bola lampu. Banyak orang mungkin akan menyerah setelah beberapa kali gagal, tetapi Thomas Alva Edison terus mencoba hingga menemukan solusi yang berhasil. Hebat, kan? Masa aku yang baru gagal sekali saja menyerah? Jangan, ya!
Jadi, intinya, meskipun rasanya berat dan kecewa karena belum berhasil, ingatlah bahwa perjalanan kita masih panjang. Setiap kegagalan itu ibarat batu loncatan menuju sesuatu yang lebih